1.4.a.8. Elaborasi Pemahaman - Menerapkan Prinsip Budaya Positif
Budaya Positif adalah Budaya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah yang artinya budi atau akal.
Budaya berasal dari bahasa Latin, colere yang
artinya segala daya upaya manusia untuk mengubah alam. Budaya positif sekolah
adalah artifak, nilai, keyakinan, asumsi dasar, tradisi
(kebiasaan), filosofi, ideologi, perasaan, harapan, sikap, renstra yang
mengikat kebersamaan dan menjadi ciri khas sekolah yang membedakan sekolah atu
dengan sekolah lainnya.
Budaya
positif hendaknya tumbuh di lingkungan sekolah
yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter anak. Karakter anak akan terbentuk
dengan kuat jika budaya positif dilaksanakan dengan baik dan atas kesadaran
sendiri. Budaya positif yang terlaksana dengan baik akan membuat anak disiplin
terhadap semua kesepakatan yang telah dibuat. Disiplin akan membuat anak
memahami (1) perilaku diri sendiri; (2) mengambil inisiatif; (3) menjadi
bertanggung jawab atas pilihan mereka dan (4) menghargai diri mereka sendiri
dan orang lain.
Disiplin
yang yang tertanam di dalam diri peserta didik tidak terlepas dari peranan
guru. Cara kontrol guru bermacam ragam seperti table di bawah ini:
Dari tabel di atas diharapkan guru berada sebagai manajer yang melakukan tindakan dengan beertanya dan membuat kesepakatan sehingga dapat mendorong motivasi intrinsik dari anak.
Ki Hajar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Konsep Ki Hajar juga menjelaskan bahwa guru hanyalah sebagai seorang pamong yang mengarahkan dan memanajerkan peserta didik sehingga mereka menemukan kesadaran sendiri.
Saat kesepakatan telah disepakati peserta didik berusaha untuk
melaksanakan dengan baik. pelaksanaan dari kesepakatan tidak terlepas dari
kontrol semua pemangku kepentingan di lingkungan sekolah. perubahan yang
dirasakan setelah melaksanakan budaya positif adalah (1) terciptanya lingkungan
yang kondusif mendukung Proses belajar mengajar; (2) meningkatnya kedisiplinan
peserta didik teradap kesepakatan yang telah disepakati; (3) munculnya
kesadaran sendiri di diri peserta didik dalm melaksanakan budaya positif.
Tantangan dan strategi tidak bisa dipisahkan. Tantangan yang dihadapi
dalam melaksanakan budaya positif adalah (1) beragamnya latar belakang didikan
peserta didik di rumah, membutuhkan beberapa pendekatan yang berbeda untuk
menyampaikan dan mengontrolnya; (2) nilai diri dari guru dalam melaksanakan
budaya positif; (3) peran guru dalam kontrol pelaksanaan budaya positif yang
berbeda-beda. Sedangkan strategi yang bisa diatur adalah selalu mengontrol
pelaksanaan dari budaya positif tersebut dan smengevaluasi secara berkala.
Salah satu tantangan yang dihadapi di atas, contohnya adalah : Adanya kelas lain yang guru memakai hukuman kepada murid agar murid patuh terhadap perintah gurunya, sehingga murid cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat. Untuk menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan strategis yang jitu agar pelaksanaan budaya positif itu sama dan tidak berbeda antara guru. Usaha yang dapat dilaksanakan adalah (1) membuat kesepakatan bersama bagaimana cara agar dapat menjadi guru dengan kontrol seorang manajer; (2) adanya Standar Operasional Program (SOP) yang disepakati bersama antar guru dalam menerapkan budaya positif di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar