Kamis, 17 Desember 2020

Modul 1.4

1.4.a.8. Elaborasi Pemahaman - Menerapkan Prinsip Budaya Positif


Fasilitator     : Novrini, S. Pd., M. Pd
Pendamping : Nofrizal

Budaya Positif adalah Budaya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah yang artinya budi atau akal. Budaya berasal dari bahasa Latin, colere yang artinya segala daya upaya manusia untuk mengubah alam. Budaya positif sekolah adalah  artifak, nilai, keyakinan, asumsi dasar, tradisi (kebiasaan), filosofi, ideologi, perasaan, harapan, sikap, renstra yang mengikat kebersamaan dan menjadi ciri khas sekolah yang membedakan sekolah atu dengan sekolah lainnya.

Budaya positif  hendaknya tumbuh di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter anak. Karakter anak akan terbentuk dengan kuat jika budaya positif dilaksanakan dengan baik dan atas kesadaran sendiri. Budaya positif yang terlaksana dengan baik akan membuat anak disiplin terhadap semua kesepakatan yang telah dibuat. Disiplin akan membuat anak memahami (1) perilaku diri sendiri; (2) mengambil inisiatif; (3) menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka dan (4) menghargai diri mereka sendiri dan orang lain.

Disiplin yang yang tertanam di dalam diri peserta didik tidak terlepas dari peranan guru. Cara kontrol guru bermacam ragam seperti table di bawah ini:

Dari tabel di atas diharapkan guru berada sebagai manajer yang melakukan tindakan dengan beertanya dan membuat kesepakatan sehingga dapat mendorong motivasi intrinsik dari anak.

 Ki Hajar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Konsep Ki Hajar juga menjelaskan bahwa guru hanyalah sebagai seorang pamong yang mengarahkan dan memanajerkan peserta didik sehingga mereka menemukan kesadaran sendiri.

Saat kesepakatan telah disepakati peserta didik berusaha untuk melaksanakan dengan baik. pelaksanaan dari kesepakatan tidak terlepas dari kontrol semua pemangku kepentingan di lingkungan sekolah. perubahan yang dirasakan setelah melaksanakan budaya positif adalah (1) terciptanya lingkungan yang kondusif mendukung Proses belajar mengajar; (2) meningkatnya kedisiplinan peserta didik teradap kesepakatan yang telah disepakati; (3) munculnya kesadaran sendiri di diri peserta didik dalm melaksanakan budaya positif.

Tantangan dan strategi tidak bisa dipisahkan. Tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan budaya positif adalah (1) beragamnya latar belakang didikan peserta didik di rumah, membutuhkan beberapa pendekatan yang berbeda untuk menyampaikan dan mengontrolnya; (2) nilai diri dari guru dalam melaksanakan budaya positif; (3) peran guru dalam kontrol pelaksanaan budaya positif yang berbeda-beda. Sedangkan strategi yang bisa diatur adalah selalu mengontrol pelaksanaan dari budaya positif tersebut dan smengevaluasi secara berkala.

 Salah satu tantangan yang dihadapi di atas, contohnya adalah : Adanya kelas lain yang guru memakai hukuman kepada murid agar murid patuh terhadap perintah gurunya, sehingga murid cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat. Untuk menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan strategis yang jitu agar pelaksanaan budaya positif itu sama dan tidak berbeda antara guru. Usaha yang dapat dilaksanakan adalah (1) membuat kesepakatan bersama bagaimana cara agar dapat menjadi guru dengan kontrol seorang manajer; (2) adanya Standar Operasional Program (SOP) yang disepakati bersama antar guru dalam menerapkan budaya positif di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Seiring seringnya terdengar sebuah kalimat dari sebuah komunitas yaitu sharing and growing together, berbagi dan berkembang bersama dalam me...