Selasa, 15 Desember 2020

modul 1.4

1.4.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Budaya Positif

Fasilitator : Novrini, S. Pd., M. Pd
Pendamping : Nofrizal

Budaya Positif di sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari sebuah kesepakatan bersama kemudian dijalankan dalam waktu yang lama dengan harapan budaya positif ini akan membudaya di lingkungan sekolah sehingga membentuk murid yang berkarakter. Sebuah budaya positif akan membudaya jika dilakukan dengan terus menerus secara berulang dengan komitmen tinggi dalam pelaksanaannya.  

Budaya positif kelas adalah keputusan yang diambil bersama warga kelas dan dapat diterima dengan lapang dada oleh seluruh warga kelas. Budaya positif kelas diperlukan sebuah kondisi dimana antara guru dan murid melakukan sebuah diskusi untuk menetapkan budaya kelas yang diinginkan.

Kesepakatan kelas dibuat dengan mengikuti sebuah diskusi antara warga kelas dengan langkah-langkah (1) guru mendengarkan dan menuliskan semua pendapat murid, (2) guru dan murid merangkum atau menarik intisari dari semua masukan tentang kesepakatan yang diinginkan, (3) guru menuliskan goal kesepakatan yang telah disetujui secara bersama, (4) guru dan murid menandatangani kesepakatan yang telah disepakati, (4) memajang hasil kesepakatan kelas dalam bentuk poster.

Kesepakatan kelas yang telah disepakati menjadi landasan bagi murid dalam mengembangkan budaya positif kelas. Setelah kesepakatan diperoleh maka dalam hal ini warga kelas akan berusaha untuk melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Peranan masing-masing harus bisa terlaksana dengan baik, murid sebagai subjek dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut dan guru sebagai kontrol dalam pelaksanaannya. Kontrol guru dalam hal ini, guru harus memposisikan dirinya sebagai seorang manajer.

Kontrol seorang guru sebagai manajer dilaksanakan dengan (1) guru berbuat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (2) guru berkata !apa yang kita yakini?, apa yang kau kerjakan untuk memperbaiki kesalahan itu?”, (3) hasil yang diharapkan menguatkan pribadi dan siswa meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas. Setelah melaksanakan kontrol sebagai manajer sehingga murid akan memperoleh dalam diri yaitu (1) “Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki keadaan?” dan (2) bisa mengevaluasi diri, baagaimana cara memperbaiki diri.

Pembelajaran yang dilaksanakan murni secara daring dengan menggunakan zoom, maka guru bidang studi dan murid membuat kesepakatan apa saja yang bisa disepakati dalam pelaksanaan proses pembelajaran ketika berada di dalam ruang kelas virtual. Guru mengajukan pertanyaan apa saja yang mesti disepakati selama pembelajaran 2 jam pelajaran setiap bertatap maya di ruang kelas virtual zoom. Murid menyampaikan beberapa hal dalam diskusi dan mendapatkan intisari dari diskusi tersebut yaitu (1) suara harus di mute, (2) mengangkat tangan ketika ingin bertanya, (3) tepat waktu ketika masuk, (4) fokus ketika belajar dan aktif. Kesepakatan yang diperoleh menjadi sebuat tata tertib yang disampaikan setiap awal pembelajaran.

Gambar. Tata tertib dari hasil kesepakatan bersama untuk PBM IPA


Proses Belajar yang dilaksanakan murni secara daring dengan memanfaatkan kelas virtual zoom, mengkondisikan murid harus berada dalam kelas virtual selama 3-4 jam satu hari dan fokus berada di depan layar laptop, PC, tablet ataupun Handphone. Kondisi tersebut mengharuskan murid tetap semangat dalam melaksanakan Proses Belajar mengajar dan peranan guru dituntun agar dapat mengontrol hal tersebut sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Pelaksanaan dari kesepakatan yang telah dibuat terlaksana dengan baik dan murid merespon dengan baik, terutama pada point satu dan dua yaitu (1) menghargai sesame teman, dan (2) saat salah seorang teman mereka berbicara yang lain mendengar dan mute suara mikrofon mereka. pada point tiga dan empat masih memerlukan kontrol dari guru terutama fokus ketika belajar dan aktif. Pada point empat beberapa murid terlihat tidu-tiduran sambil melihat layar. Tantangan yang dirasa dalam melaksanakan kesepakatan kadang kala ada murid tidak melaksanakan kesepakatan sehingga proses pembelajaran terganggu dan memerlukan waktu hingga kembali normal.

Selama pelaksanaan kesepakatan ada hal yang ditemui seharusnya menjadi sebuah kesepakatan tetapi tidak tertulis ketika kesepakatan itu dibuat, maka kesepakatan perlu ditambah, sehingga diskusi dilakukan kembali untuk menetapkan penambahan kesepakatan tersebut. Kesepakatan tersebut adalah (1) tidak menggunakan annotation ketika guru melakukan share materi, (2) menggunakan chat room apabila telah disuruh oleh guru dan (3) menulis hal yang baik di chat room.


1 komentar:

  1. Kesepakatan bersama Yang sederhana. Tapi akan melahirkan nilai nilai yang luar biasa. Ditunggu buk budaya positif lainnya.

    BalasHapus

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Seiring seringnya terdengar sebuah kalimat dari sebuah komunitas yaitu sharing and growing together, berbagi dan berkembang bersama dalam me...